watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

JANDA KEMBANG PENUH NAFSU

Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan
kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan
Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan
banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke
bawah. Jadi sekalipun telah belasan tahun aku
berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku
tetap saja tidak berani membina rumah tangga,
sebab aku benar-benar ingin membahagiakan
isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan
kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila
kantongku tebal, simpananku banyak di bank
dan rumahku besar.
Namun aku tidak pernah mengeluh akan
keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-
bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli
bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis
kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih
sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering
aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka
adalah bintang kedokteran yang sangat
cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya
ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak
dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok
Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.
Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat
kelas bawah, yang sangat memerlukan
pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku
memperoleh kepuasan secara batiniah, karena
aku dapat melayani sesama dengan baik.
Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh
kepuasan yang amat sangat di bidang non
materi lainnya.
Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi
pasien yang katanya sedang sakit parah di
rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya
setelah aku menutup praktek pada sekitar
setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya
sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari
kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai
kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat
yang biasa aku sediakan bagi mereka yang
kesusahan memperoleh obat malam malam, si
ibu dapat di ringankan penyakitnya.
Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu,
ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah
menerjang, hingga mobil kijang bututku serta
merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50
senti dan mematikan mesin yang sempat hidup
sebentar. Air di mana-mana, dan aku pun
membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke
atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri
dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil
satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.
Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang,
maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap
sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si
ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan
tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu,
yang ternyata dalam sinar remang-remang,
tampak manis sekali, maklum, umurnya aku
perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.
“Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat
menyuguhkan apa apa, agaknya semua
perabotan dapur terendam di bawah”, katanya
dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di
luar terdengar hamparan hujan masih mendayu
dayu.
“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.
Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya
padanya, yang ternyata bernama Sri.
Ternyata Sri adalah janda tanpa anak, yang
suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2
tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja
dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap
menjanda. Sri sekarang bekerja pada pabrik
konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan
tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis
ekonomi yang berkepanjangan.
Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam
telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan
aku lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka aku
sarankan dia untuk tidur saja, dan karena
sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di
samping Sri yang mulai merebahkan diri.
Tampak rambut Sri yang panjang terburai di
atas bantal. Dadanya yang membusung tampak
bergerak naik turun dengan teraturnya
mengiringi nafasnya. Ketika Sri berbalik badan
dalam tidurnya, belahan bajunya agak
tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya
yang montok dengan belahan yang sangat
dalam. Pinggangnya yang ramping lebih
menonjolkan busungan buah dada-nya yang
tampak sangat menantang. Aku coba
merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri
tetap lelap dalam tidurnya.
Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati,
yang juga mempunyai buah dada montok, yang
pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat
aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional
yang terdapat banyak di kawasan aku
berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di
pandang, karena permainan seksnya jauh di
bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir
tidak dapat pulang berjalan tegak, karena
burungku masih tetap keras dan mengacung
setelah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum,
aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini,
telah seminggu berlalu, dan aku masih
memendam berahi di antara selangkanganku.
Aku mencoba meraba buah dada Sri yang
begitu menantang, ternyata dia tidak memakai
beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya
yang mungil. dan ketika aku mencoba
melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah
dapat kulakukan tanpa membuat Sri terbangun.
Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah
kanan, ternyata Sri tetap tertidur. Aku mulai
merasakan kemaluanku mulai membesar dan
agak menegang, jadi aku teruskan permainan
bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan
aku mulai meremas buah dada Sri yang montok
itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku,
dan tampak dia terbangun, namun aku segera
menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit.
Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil
menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa
sekali Sri yang semula agak tegang, mulai rileks,
dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir
dan lidahku, yang disertai dengan remasan
gemas pada ke dua buah dadanya.
Setalah aku yakin Sri tidak akan berteriak, aku
alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku
mencoba menyibakkan roknya agar tanganku
dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat
bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga
dengan mudah malah aku dapat menurunkan
roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan
saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak
pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu
kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal
pahanya itu.
Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang
tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya.
Di tengah atas, ternyata clitoris Sri sudah mulai
mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai
terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti
dia menahan gejolak berahinya yang mulai
terusik oleh jilatan lidahku itu.
Sri membiarkan aku bermain dengan bibirnya,
dan terasa tangannya mulai membuka kancing
kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan
mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Sri
mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa
sempit karena kemaluanku yang makin
membesar dan makin menegang.
Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku
membantu Sri melepaskan celana panjang dan
celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami
telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di
lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak
di atas tempat tidur.
Mata Sri tampak agak terbelalak saat dia
memandang ke arah bawah perutku, yang
penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang
subur, dan batang kemaluanku yang telah
membesar penuh dan dalam keadaan tegang,
menjulang dengan kepala kemaluanku yang
membesar pada ujungnya dan tampak merah
berkilat.
Kutarik kepala Sri agar mendekat ke kemaluanku,
dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah
bibirnya yang mungil. Ternyata Sri tidak
canggung membuka mulutnya dan mengulum
kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan
kanannya mengelus batang kemaluanku
sedangkan tangan kirinya meremas buah
kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan
batang kemaluanku makin dalam memasuki
mulut Sri. Kedua tanganku sibuk meremas buah
dadanya, lalu bokongnya dan juga
kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Sri,
yang membuatnya menggelinjang, saat aku
rasakan kemaluan Sri mulai membasah, aku
tahu, saatnya sudah dekat.
Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri,
dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut
panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri
mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya,
sehingga aku mudah menempatkan diri di atas
badannya, dengan dada menekan kedua buah
dadanya yang montok, dengan bibir yang
melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku
berada di antara kedua pahanya yang makin
dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa
kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan
Sri, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini
terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua
bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut
kemaluannya.
Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku
perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Sri.
Terasa agak seret majunya, karena Sri telah
menjanda dua tahun, dan agaknya belum
merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu.
Dengan sabar aku majukan terus batang
kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar
kemaluan Sri. Ternyata kemaluanku cukup besar
dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar
saja, karena segera terasa Sri mulai sedikit
menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat
mendorong batang kemaluanku sampai habis,
menghunjam ke dalam liang kemaluan Sri.
Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam
liang kemaluan Sri sekitar 20 detik, baru setelah
itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai
kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan
dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan
bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri
yang juga menimpali dengan gerakan
bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke
arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak
memutar, yang membuat kepala dan batang
kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang
kemaluan Sri yang makin membasah.
Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah,
terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali
dengan hawa nafsu yang makin membubung.
Untuk kali pertama aku menyetubuhi Sri, aku
belum ingin melakukan gaya yang barangkali
akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan
gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh
yang tradisional, namun ini juga membuahkan
hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40
menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri,
aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku
dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan
seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku
menggangguk-angguk di dalam kesempitan
liang kemaluan Sri dan memancarkan air maniku
yang telah tertahan lebih dari satu minggu.
Terasa badan Sri melamas, dan aku biarkan
berat badanku tergolek di atas buah dadanya
yang montok. Batang kemaluanku mulai
melemas, namun masih cukup besar, dan
kubiarkan tergoler dalam jepitan liang
kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir
membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk
tubuh Sri yang berkeringat, aku bisikan ke
telinganya, “Sri, terima kasih, terima kasih..”


Adult | GO HOME | Exit
1/1402
U-ON

inc Powered by Xtgem.com